Pulau Penawar Rindu, Destinasi Wisata Baru Kota Batam Yang Langsung Berhadapan Dengan Singapura

BATAMBANGET.com – Tahukah kamu, di mana letak Pulau Penawar Rindu? Pulau yang lebih dikenal dengan nama Belakang Padang ini terletak diantara Pulau Batam dan Singapura, dan merupakan salah satu kecamatan dari pemerintahan kota Batam.

Jika dibandingkan dengan Pulau Batam, berdasarkan letak dan jaraknya Pulau Penawar Rindu lebih dekat dengan Singapura.

Tradisi Mandi Safar di Kampung Terih Kota Batam, Perpaduan Agama dan Budaya Melayu

Untuk dapat sampai ke pulau ini kamu bisa menggunakan “Pancung” yaitu sebuah perahu kayu bertenaga mesin yang hanya bisa menampung sekitar 14 orang saja melalui pelabuhan rakyat di daerah Sekupang, Batam.

Sekilas Sejarah Pulau Belakang Padang

Penduduk asli Pulau Penawar Rindu adalah orang Melayu, yang dikenal dengan sebutan orang Selat atau orang laut.

Penduduk asli tersebut sudah menempati wilayah Belakang Padang sejak zaman kerajaan Tumasik (Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan, kemungkinan lainnya pulau ini telah didiami orang sejak tahun 231 Masehi.

Konon, pada saat itu pulau ini lebih dikenal dengan nama Pulau Lanun atau Pulau Bajak Laut karena sebagian besar penduduk yang tinggal di pulau ini adalah para bajak laut yang merompak kapal-kapal yang sedang melintas di sekitar perairan Selat Malaka.

Dulu masyarakat di pulau ini menggunakan dolar Singapura sebagai alat transaksi jual beli mereka, dan pemerintah Singapura tidak mempermasalahkan warga dari pulau ini keluar masuk ke negaranya.

Hore, Bioskop Di Batam Kembali Beroperasi. Selain Wajib Pakai PeduliLindungi, Cek Ketentuan Lainnya

Di pulau ini juga memiliki sebuah legenda yang menarik tentang “Batu Berantai”, kisah seorang anak kecil cerdas yang dapat menolong kerajaan Tumasik (Singapura) dan rakyatnya dari serangan ratusan ribu ikan Todak namun kebaikannya dibalas oleh sang Raja dengan mengikat dirinya dengan rantai besi serta menenggelamkannya di sebuah pulau karang kecil yang letaknya tidak jauh dari Pulau Penawar Rindu, karena ada ketakutan dari sang Raja apabila anak tersebut akan merebut tahtanya.

Di pulau ini juga terdapat kuburan keramat Syech Syarief Bin Maulana Ishak seorang Ulama yang dipercaya berasal dari Pasai, Aceh, yang wafat di pulau ini.

Bahkan, dulu Batam pun semula adanya di Belakang Padang, menjadi bagian dari Belakang Padang kemudian dipindahkan ke Pulau Batang yang sekarang ini namanya menjadi Pulau Batam. Belakangan, pada 1983, Batam menjadi kotamadya di Provinsi Riau dan Belakang Padang menjadi salah satu kecamatan dibawah Kota Batam.

Dan ada sebuah mitos yang disampaikan dari mulut ke mulut yang mengatakan bahwa jika seseorang berkunjung ke pulau ini, sebuah kerinduan atau keinginannya dapat terwujud.

Pulau Belakang Padang Sebagai Destinasi Wisata Baru

Pemerintah Kota Batam mulai mengembangkan Pulau Belakang Padang yang berhadapan dengan Singapura sebagai destinasi wisata untuk pelancong dalam dan luar negeri.

“Sesuai namanya Pulau Penawar Rindu, kita coba kembangkan pariwisata di sini,” kata Wali Kota Batam Muhammad Rudi.

Pulau Belakangpadang relatif dekat dari Singapura, hingga seakan-akan pulau itu memiliki latar belakang gedung-gedung pencakar langit Negeri Singa.

Masjid Cheng Hoo Batam, Bangunan Berornamen Kental Khas Tiongkok

Meskipun relatif dekat dengan Singapura, namun kearifan lokal masyarakat Melayu setempat masih terjaga baik, sehingga memiliki potensi pariwisata yang tinggi.

Menurut dia, Pulau Belakang Padang yang berjarak sekitar 15 menit menggunakan kapal dari Pulau Batam itu relatif tidak memiliki hasil yang dapat dikembangkan selain pariwisata.

“Karena itu yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata,” kata dia.

Wali Kota mengatakan, demi mendukung rencananya mengembangkan pariwisata di sana, maka pihaknya membangun infrastruktur, di antara peningkatan dan pelebaran di jalan utama.

Ia menegaskan, Pemkot Batam terus melakukan pembangunan infrastruktur di penjuru kota. Tidak hanya di pulau utama, melainkan juga menyasar ke pulau-pulau penyangga.

Pihaknya membangun Jalan Merdeka dengan lebar 7 meter dan panjang 130 meter di pulau yang relatif tidak ada kendaraan roda empat beroperasi di sana, kecuali ambulans dan mobil kebersihan.

Wali Kota berharap peningkatan dan pelebaran jalan utama di Pulau Belakang Padang itu bisa menjadi kebanggaan masyarakat setempat, dan memberikan dampak positif bagi warga dan pariwisata. Rencananya, pemerintah juga akan meningkatkan transportasi laut dari dan ke pulau itu.

“Sehingga tidak hanya masyarakat Batam saja yang datang ke Belakang Padang, tetapi juga wisatawan mancanegara,” kata dia.

“Kalau ini terwujud saya yakin dapat memberikan ekonomi bagi masyarakat setempat,” tutupnya. (*)

—–

Yuk Join Medsos Batambanget

Like Fanpage Facebook: batam banget

Add Official Line:@batambanget

Follow Twitter: @batambanget

Instagram: @batambanget

Stay in Touch

To follow the best weight loss journeys, success stories and inspirational interviews with the industry's top coaches and specialists. Start changing your life today!

spot_img

Related Articles