BATAMBANGET.com – Rendang, makanan khas asal Sumatera Barat ini tidak hanya terkenal di Indonesia, namun juga sudah mendapatkan attention di luar negeri. Bahkan, makanan yang terbuat dari olahan daging sapi ini juga dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia lho.
Namun, rendang bukan nama asli dari makanan ini. Nama rendang dirujuk dari lamanya waktu memasak daging agar teksturnya menjadi empuk dan kering serta beraroma rempah sehingga daging berwarna kecoklatan. Teknik memasak ini menjadikan rendang punya citarasa yang sangat lezat.
Mengutip dari student-activity.binus.ac.id, orang Minangkabau setiap hari berhubungan dengan pedagang India yang membawa kari massaman. Kari itu diadaptasi masyarakat Minangkabau sehingga menjadi apa yang kita kenal sebagai gulai.
6 Ragam Kuliner Khas Perayaan Imlek yang Dipercaya Membawa Keberuntungan
Tidak berhenti sampai di situ, orang Minangkabau memasak gulai ini lebih lanjut dan menjadi kalio atau rendang basah. Proses tersebut berlanjut hingga lebih mengental dan menjadi rendang atau rendang kering. Orang Minangkabau menghormati dan menghargai rendang karena proses memasaknya yang sangat lama.
Kalau melihat dari sejarahnya, awalnya rendang dibuat dari daging kerbau dan hanya dinikmati pada acara-acara adat tertentu saja. Sebab, rendang menduduki kasta yang paling tinggi di antara hidangan lain dan sering disebut sebagai kepalo samba atau induknya makanan dalam tradisi Minangkabau berdasarkan tulisan Reno Andam Suri dalam Rendang Traveler: Menyingkap Bertuahnya Rendang Minang (2012).
Tak hanya itu, rendang juga dikenal sebagai makanan tahan lama yang bisa bertahan selama berminggu-minggu. Mengutip dari kemlu.go.id, rendang juga cocok dimakan saat musim dingin karena rasanya semakin enak.
Daun Pepaya Memang Pahit, Namun Memiliki Nutrisi Bagi Kesehatan
Menurut kepercayaan orang Minangkabau, rendang memiliki tiga filosofis.
Yang pertama yaitu kesabaran karena proses pembuatannya cukup lama. Kedua adalah ketekunan. Hal ini diperlukan saat mengaduk bahan menjadi satu hidangan.
Yang terakhir ketiga adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan diperlukan dalam memilih bahan untuk hidangan. Daging, cabai, dan komponen lainnya membutuhkan kebijaksanaan dari individu untuk mencapai cita rasa yang diinginkan.
Bagi masyarakat Minang, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rendang seperti daging sapi (dagiang), kelapa (karambia), cabe (lado), dan aneka bumbu lainnya (pemasak) merupakan simbolisasi dari budaya musyawarah dalam masyarakat Minang yang melibatkan empat unsur pokok, yakni Niniak Mamak (para pemimpin suku adat) yang dilambangkan dengan daging sapi, Cadiak Pandai (cerdik pandai) yang dilambangkan dengan kelapa, Alim Ulama yang tegas dalam mengajarkan agama dilambangkan dengan cabe yang pedas, serta seluruh masyarakat Minang yang dilambangkan oleh bumbu lainnya.
Jangan Dibuang! Ternyata Air Beras Bisa Dimanfaatkan Untuk Kecantikan Kulit Wajah
Rendang tak hanya masakan sangat populer di Indonesia, tetapi juga Malaysia. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat Minangkabau yang disebut merantau atau mengembara.
Menurut Yoshino dalam Malaysian Cuisine: A Case of Neglected Culinary Globalization, pada 1900-an, pendatang dari Indonesia, khususnya orang Minang, yang melakukan perjalanan jauh ke Malaysia dan memperkenalkan rendang di sana.
Itulah rendang, salah satu makanan terenak di dunia yang tidak hanya lezat di lidah, tetapi juga kaya akan nilai-nilai budaya. Mengajarkan kepada kita bahwa dengan musyawarah akan lahir keterpaduan−rasa−yang nikmat, meskipun dalam keberagaman. Sesuatu yang kian hilang di negeri ini. (*)
—–
Yuk Join Medsos Batambanget
Like Fanpage Facebook: batam banget
Add Official Line:@batambanget
Follow Twitter: @batambanget
Instagram: @batambanget